Acara Cultural Night yang digelar untuk peserta Conference on Tropical And Clinical Dermatology 2017 di Kompleks Candi Prambanan , Sleman Yogyakarta mendapat sambutan hangat para peserta konferensi. Sebanyak 100 dermatology Jerman, Belanda, Austria, Swiss, Kamboja dan Singapura yang tengan mengikuti konferensi di The Alana Hotel and Convention Center, Sleman, Yogyakarta,, dibuat terpesona dengan penampilan Ramayana Ballet di Candi Prambanan, Jumat (5/3) malam.
Imbasnya, mereka memutuskan untuk stay dua minggu agar bisa mengeksplore culture dan nature Indonesia. "Ini sangat luar biasa. Culture dan nature seperti Indonesia inilah yang disuka kolega-kolega saya di Jerman, Belanda, Austria dan Swiss. Saya bisa pastikan seluruh delegasi Eropa akan stay dua minggu di Indonesia," terang Prof Dr Med Dr Thomas Ruzicka, spesialis Medical Doctor di Universitas di Düsseldorf, Sabtu (6/3).
Pria kelahiran 12 Januari 1952 di Prague, Republik Ceko itu mengaku sangat takjub menyaksikan Ramayana Ballet. Apalagi, shownya dilakukan di pelataran Candi Prambanan,. Show budaya dengan latar belakang candi setinggi 47 meter itu menjadi ajang selfie seluruh dermatology yang hadir.
"Kami benar-benar dimanjakan dengan pertunjukan Ramayana Ballet yang dipadukan dengan pemandangan latar indah berupa batu Candi Prambanan. Tahun depan saya akan ikut Internetional Conference di Yogya lagi," ungkapnya.
Dr Rosemarie Moser juga sama. Selain mengeksplor budaya, konsultan di Dermatovenerology dalam praktik medis pribadinya di Eisenstadtkelahir itu mengaku ingin merasakan berwisata ke Raja Ampat. "Setelah ini saya ke Raja Ampat. Saya ingin melihat langsung snorkling site terbaik dunia 2015," ucap wanita kelahiran 15 Agustus 1965 itu.
Statemen ketakjuban juga ikut disuarakan Prof Isaak Effendy. Pria berdarah Indonesia yang sudah 30 tahun tinggal di Jerman itu malahan mengaku siap membantu Kementerian Pariwisata dalam mendatangkan lebih banyak lagi dermatology Eropa ke Indonesia. "Budaya dengan story telling seperti ini yang disuka masyarakat Eropa. Ini sangat menarik, karena sangat jarang sekali dijumpai di negara-negara lainnya. Tahun besok, saya akan bawa lebih banyak lagi dermatology Eropa ke Indonesia," ungkapnya. (aaa/ merdeka.com)
Komentar
Posting Komentar