Langsung ke konten utama

Tebing Breksi Jadi Favorit Setelah Candi Prambanan




Tebing Breksi Prambanan jadi favorit wisatawan setelah Candi Prambanan selama libur Lebaran tahun ini. Ratusan wisatawan datang silih-berganti mulai memadati obyek wisata Tebing Breksi di Kecamatan Prambanan, Sleman mulai libur lebaran H+1 hingga saat ini.

Taman Tebing Breksi ini merupakan destinasi wisata yang relatif baru di wilayah Prambanan Sleman. Tebing breksi berada di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan. 

Kawasan Tebing Breksi ini juga berdekatan dengan obyek wisata  Keraton Ratu Boko, Candi Ijo, Candi Banyunibo dan Candi Barong. Untuk menuju lokasi dari simpang tiga Candi Prambanan atau Pasar Prambanan menuju arah selatan Jalan raya Prambanan-Piyungan, Bantul sekitar 2,5 km kemudian berbelok kiri mengikuti arah penunjuk jalan yang telah dibuat Pemkab Sleman.

Sedangkan dari arah selatan Jalan Wonosari, dari simpang tiga Piyungan ke arah utara lebih kurang 6 km. Di simpang tiga sudah ada warga yang bertugas mengarahkan wisatawan yang hendak menuju lokasi. Sekitar 1 km dari Jl Prambanan-Piyungan ke arah timur atau arah Candi Ijo, sudah sampai lokasi.

Tebing breksi dulunya merupakan bekas penambangan batu kapur yang telah ditutup. Areal penambangan batu kapur yang luas itu masih tersisa tebing kapur yang menjulang tinggi. Bekas galian penambangan itu membentuk guratan-guratan di batu yang tampak indah seperti kue lapis.

Karena sudah ditutup sejak tahun 2015 itu, oleh warga kemudian dikelola bersama sebagai obyek wisata alam. Sampai saat ini sudah banyak wisatawan datang berkunjung di kawasan itu.

Untuk masuk lokasi, cukup murah dengan membayar tiket parkir sepeda motor Rp 2 ribu dan sumbangan sukarela baik rombongan atau perseorangan.

Pengunjung bisa berfoto-foto berbagai tempat yang telah disediakan pengelola. Di puncak bukit juga telah dipasang besi pengaman mengelilingi agar pengunjung aman dan tidak jauh.

Ada banyak spot untuk berfoto seperti di tangga batu kapur menuju puncak bukit, ukiran atau pahatan wayang dan naga yang menempel di salah satu dinding. Selain itu di bagian bawah bukit yakni di panggung pementasan pengelola juga menyiapkan hiburan musik. (aaa)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelukis Affandi dan Keluarganya Tidak Asing dengan Prambanan

Google hari ini Senin (1/5/2017 mengenang salah satu Maestro seni lukis Indonesia,  Affandi  Koesoema.   Google doodle   tampil dengan gaya ekspresionisme khas Affandi, untuk merayakan hari lahirnya ke-110. Ini mengingatkan penulis pada kiprahnya melukis di Prambanan. Paling sering Affandi melukis di Pasar Sapi Prambanan (lama) yang letaknya antara dusun Koplak Kebondalem Kidul dan Kranggan Bokoharjo, Pasarnya sendiri masuk dusun Koplak. Kalau sudah siap dengan peralatannya, ia asyik melukis. Cotot sana- cotot sini (maksudnya di kanvas), lalu jari jemarinya meratakan cat yang ada di kanvas. Jadilah lukisan yang dimaksud. Abstrak, meski obyeknya hal yang nyata. Bisa sapi, bisa pedagang, bisa bakul, dan bisa juga dokar dengan kudanya.   Keahliannya melukis ternyata menurun pada putrinya Kartika Affandi. Gaya lukisannya hampir sama dengan bapaknya, tetapi lebih realistis ketimbang bapaknya. Ia juga mewarisi julukan Maestro. Tahun 2016 lalu Kartika melukis di seputaran Candi

Prambanan Jadi Saksi Sejarah Bertemunya Banser NU dan Kokam Muhammadiyah

Selama ini terkesan seperti perang dingin, antara Gerakan Pemuda Ansor dengan Pemuda Muhammadiyah. Untuk waktu yang relatif lama, tidak pernah terjadi bentrok fisik, perkelahian, dan sejenisnya antara kedua belah pihak walau mengalami perbedaan ideologis, paham, dan ajaran yang laten dan tajam. Dari urusan  ubudiyah  yang bersifat fikih ( ijtihadi ), sampai strategi dakwah dan sikap mengenai persoalan kemasyarakatan, kebangsaan, dan persoalan global. Perbedaan  khilafiyah  sejak ratusan tahun yang lalu utamanya sekitar 1912-1926 bahkan sampai kini kerap mewarnai diskusi-diskusi kecil di masjid, musala, surau, warung-warung kopi, bahkan di lembaga persekolahan dan madrasi. Perbedaan  qunut  Salat Subuh, azan dua kali dalam penyelenggaraan Salat Jumat, bacaan  ushalli  dalam salat,  mitoni  dan  ngapati  dalam kehamilan, perbedaan rakaat Salat Tarawih sampai tahlil,  manaqib  hingga ziarah kubur. Sikap NU yang adaptif terhadap budaya di masyarakat sering dituduh sebagai  ahli tahayul

NASKAH KHOTBAH ‘IDUL ADHA 1438 H DI LAPANGAN KRIDA SAKTI KEBONDALEM KIDUL

Oleh: Muh. Hafidz Akbar, Lc الحمد لله حمدًا طيبًا كثيرًا مباركًا فيه، لا نحصي ثناء عليه كما أثنى هو على نفسه، أبهج بالعيد نفوسَنا، وشرع لنا أضحيَّتَنا، وأكْمل لنا ديننا، وأتمَّ نعمته علينا، ودفَع السوء عنا، ومن كل خير أنالنا، هو ربُّنا ومالكنا ومعبودنا، نواصينا بيده، ماضٍ فينا حكمه، عدلٌ فينا قضاؤه، لا إله إلا هو الرحمن الرحيم. الحمد لله نحمده ونشكره، ونتوب إليه ونستغفره، يجزي على الحمد حمدًا وفضلاً، ويكافئ على الشكر زيادة وبِرًّا، ويدفع بالاستغفار عقوبةً ويغفر ذنبًا، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، عمَّ فضلُه العالمين، ووسع إحسانُه الخلقَ أجمعين، وكتب رحمتَه للمؤمنين، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، أنار الله - تعالى - به الطريق للسالكين، ورفع ذِكره في العالمين، وجعله حُجةً على العباد أجمعين، صلى الله وسلم وبارك عليه وعلى آله وأصحابه السادة المتقين، والغر الميامين، وعلى التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين. الله أكبر، كم من داعٍ بالأمس قد استجيب! والله أكبر، كم من واقفٍ بعرفة قد قُبِل! والله أكبر، كم من حاجٍّ خرج من ذنوبه كيومَ ولدتْه أمُّه! والله أكبر، كم يراق في هذا