Langsung ke konten utama

NASKAH KHOTBAH ‘IDUL ADHA 1438 H DI LAPANGAN KRIDA SAKTI KEBONDALEM KIDUL




Oleh: Muh. Hafidz Akbar, Lc

الحمد لله حمدًا طيبًا كثيرًا مباركًا فيه، لا نحصي ثناء عليه كما أثنى هو على نفسه، أبهج بالعيد نفوسَنا، وشرع لنا أضحيَّتَنا، وأكْمل لنا ديننا، وأتمَّ نعمته علينا، ودفَع السوء عنا، ومن كل خير أنالنا، هو ربُّنا ومالكنا ومعبودنا، نواصينا بيده، ماضٍ فينا حكمه، عدلٌ فينا قضاؤه، لا إله إلا هو الرحمن الرحيم.

الحمد لله نحمده ونشكره، ونتوب إليه ونستغفره، يجزي على الحمد حمدًا وفضلاً، ويكافئ على الشكر زيادة وبِرًّا، ويدفع بالاستغفار عقوبةً ويغفر ذنبًا،
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، عمَّ فضلُه العالمين، ووسع إحسانُه الخلقَ أجمعين، وكتب رحمتَه للمؤمنين، وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، أنار الله - تعالى - به الطريق للسالكين، ورفع ذِكره في العالمين، وجعله حُجةً على العباد أجمعين، صلى الله وسلم وبارك عليه وعلى آله وأصحابه السادة المتقين، والغر الميامين، وعلى التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين.

الله أكبر، كم من داعٍ بالأمس قد استجيب! والله أكبر، كم من واقفٍ بعرفة قد قُبِل! والله أكبر، كم من حاجٍّ خرج من ذنوبه كيومَ ولدتْه أمُّه! والله أكبر، كم يراق في هذا اليوم العظيم من الدماء تقرُّبًا لله تعالى! فلله الحمد على ما هدى، ولله الحمد على ما أعطى، ونسأله - سبحانه - القبول والزُّلفى.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر الله أكبر الله أكبر، الله أكبر ولله الحمد.
Hadirin dan Hadirat, Kaum muslimin dan muslimat, jamaah shalat Idul Adha yang mulia.

Segala puji bagi Allah, Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-hambanya, Maha suci Allah, Dia-lah yang menciptakan bintang-bintang di langit, dan dijadikan padanya penerang dan Bulan yang bercahaya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, yang diutus dengan risalah kebnabian, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, mengajak pada kebenaran dan menerangi umatnya dengan cahaya keimanan.
Pada hari ini jutaan manusia menggemakan takbir, mengagungkan kebesaran Allah, Tuhan alam semesta. Seiring dengan tasbih dan tahmid oleh milyaran makhluk lain di jagad raya. Semuanya tunduk patuh kepada kehendak-Nya. Semuanya kecil dan lemah di hadapan kebesaran-Nya. Semuanya tak berdaya dan lunglai di hadapan daya dan kekuatan-Nya. Dan semua tak bernilai tanpa mengindahkan aturan-Nya. Bersamaan dengan itu pula, jutaan jamaah haji usai menjalani wuquf di Arafah dan mabit di Muzdalifah untuk selanjutnya melontar jumroh ‘aqobahdan atau thawaf ifadhah mengelilingi ka’bah yang mulia. Semoga Allah memudahkan dan menerima ibadah mereka serta menjadikannya sebagai haji yang mabrur, dan tiada balasan yang pantas untuk itu kecuali syurga.
Di bagian bumi lainnya kaum Muslimin gegap gempita mengagungkan syiar-syiar Allah dengan menyembelih hewan qurban, sebagai bentuk ibadah dan taqarrub kepada Allah. Bukanlah darah atau dagingnya yang akan sampai kepada Allah, akan tetapi ketakwaan yang mengiringi ritual qurban itu yang sampai kepada-Nya.

مَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكَهُ، وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِيْنَ
“Barangsiapa menyembelih (hewan kurban) setelah shalat ia telah menyempurnakan ibadahnya dan menyelarasi sunnahnya kaum Muslimin.” (Bukhari Muslim)

Akan tetapi terdapat pula jutaan kaum Muslimin di beberapa negara yang merayakan Idul Adha kali ini, beriring perih dan luka. Bahkan, seharusnya mereka menyembelih binatang qurban namun justru menjadi korban kebiadaban negerinya sendiri. Mereka dibunuh dan dibantai, diusir dan dinista. Di Suriah, Palestina, juga Rohingnya dan beberapa negeri muslim lainnya. Mari kita doakan mereka agar Allah menolong yang terzhalimi dan memberi kebebasan kepada mereka untuk beribadah tanpa tekanan dan intimidasi. Menghukum orang-orang zhalim di dunia sebelum akhirat agar menjadi pelajaran bagi segenap manusia.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.

Salah satu yang amat kita butuhkan dalam hidup ini adalah mendapatkan figur-figur teladan yang bisa memberi warna positif dalam kehidupan hingga dapat meningkatkan nilai ketaqwaan.

 إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.” (QS. Al Hujurat: 13)

Menyadari kedudukan paling mulia itulah, kita seharusnya bertekad untuk mempertahankan nilai-nilai taqwa yang telah kita tanam kuat-kuat selama ini terutama bulan Ramadhan yang lalu. Alhamdulillah, Allah Subhaanahu Wa Ta’ala telah menjadikan shalat lima waktu sebagai muhasabah harian, shalat jum’at sebagai muhasabah mingguan, puasa ayyamu al bidh sebagai muhasabah bulanan, dan ‘ied al fithri dengan puasa Ramadhannya juga ‘ied al adha dengan qurbannya sebagai muhasabah tahunan. Itu semua adalah sarana yang Allah berikan untuk meningkatkan derajat tiap hamba dari seorang beriman menjadi seorang hamba yang bertaqwa.
Di dalam Al-Qur’an hanya ada dua nama yang Allah sebut pantas untuk menjadi suri tauladan sepanjang tiap hamba.

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).

 Dan juga:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُول ِالله أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الله وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ الله كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."

Karena itu, Allah swt menjadikan Nabi Ibrahim as dan keluarganya sebagai figur teladan sepanjang masa, bahkan tidak hanya kita yang harus meneladaninya, tapi Nabi Muhammad saw pun meneladaninya. Ummat Muhammad SAW pun mengenang perjalanan manusia agung, Abul-Anbiya’, bapak para nabi, penghulu para Ulul Azmi, Khalilur-Rahman, Imamul-Hanafiyah dan sejuta sanjung dan nama yang pantas untuknya, Ibrahim Alaihis Salam. Selama Allah masih disebut dan disembah, selama itu pula Ibrahim dikenang. Karena namanya telah diabadikan oleh syariah dalam doa ibadah seorang muslim kepada Rabbnya. Disejajarkan dengan nama penutup para nabi, Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Pada tahiyah seorang muslim selalu berdoa,

اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم

Shalawat Ibrahimiyah menunjukkan adanya kesatuan risalah dan kesatuan aqidah antara Ibrahim Khalilullah dengan Muhammad Habibullah. Dan perjuangan Rasulullah menegakkan syariahnya adalah estafet dari perjuangan Ibrahim menegakkan aqidah. Seperti halnya nabi-nabi yang lain, semuanya bersumber dari satu muara, Allah subhanahu wa ta’ala.
Ada banyak sisi keteladanan dari Nabi Ibrahim dan keluarganya yang amat penting untuk kehidupan kita. Dialah pemuda, ayah, kepala keluarga, nabi dan rasul yang telah memberikan inspirasi bagi tiap hamba sepanjang sejarah peradaban Islam. Menjadi pahamlah kita mengapa Allah memerintahkan untuk membaca kisah kehidupan insan mulia itu, sebagaimana firman Allah dalam Surat asy-Syu’araa [26] ayat 69:

وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ إِبۡرَٲهِيمَ
"Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim."


Melalui khutbah ini, ada tiga bentuk keteladanan yang akan kita kaji dan selayaknya menjadi inspirasi dalam berkebaikan.

Pertama, memegang prinsip kebenaran sejak muda sampai tua hingga mencapai kematian.

Memahami dan meyakini nilai-nilai kebenaran merupakan prinsip yang harus selalu dipegang manusia. Pada sosok Nabi Ibrahim, ada idealisme berkelanjutan. Ini amat penting, karena begitu banyak orang yang buruk saat muda, lalu menjadi baik saat tua. Ada pula yang baik saat muda, berubah buruk saat tua, bahkan ada yang buruk dari muda sampai tua hingga ajalnya.
Kesimpulan ini kita dapatkan dari kisah Nabi Ibrahim yang mencari-cari kebenaran Rabbnya hingga menghancurkan berhala saat masih muda dan menunjukkan ketaatan yang luar bisa dengan menyembelih Ismail saat sudah amat tua. Nabi Ibrahim mencontohkan kepada kita bahwa prinsip ketuhanan dan aqidah yang benar merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Ibnu Abbas sebagaimana dikutip Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menyebutkan tentang pentingnya masa muda. “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan anak muda. Dan seorang yang alim tidaklah diberi Allah ilmu melainkan di waktu muda.” Keteladanan itu dapat kita temukan di surat Al-An’am:74-81 yang puncaknya berbunyi:

وَڪَيۡفَ أَخَافُ مَآ أَشۡرَڪۡتُمۡ وَلَا تَخَافُونَ أَنَّكُمۡ أَشۡرَكۡتُم بِٱللَّهِ مَا لَمۡ يُنَزِّلۡ بِهِۦ عَلَيۡڪُمۡ سُلۡطَـٰنً۬ا‌ۚ فَأَىُّ ٱلۡفَرِيقَيۡنِ أَحَقُّ بِٱلۡأَمۡنِ‌ۖ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
"Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan [dengan Allah], padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan [dari malapetaka], jika kamu mengetahui?”

Karena itu, sejak muda seharusnya seseorang sudah membersihkan dirinya dengan taubat. Dan ini merupakan sesuatu yang sangat istimewa sampai-sampai Allah swt lebih mencintainya melebihi orangyang  tualalu taubat, Rasulullah saw bersabda:

مَامِنْ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الشَّبَابِ التاَّ ئِبِ
"Tiada sesuatu yang lebih disukai Allah daripada seorang pemuda yang bertaubat (HR. Ad Dailami)."
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.

Teladan Kedua dari Nabi Ibrahim dan Ismail as yang harus kita bangun pada generasi kita ialah kematangan pribadi.

Totalitas ketaatan dan pengorbanan dalam diriIbrahim mencapai puncaknya di saat turunnya perintah menyembelih sang buah hati, Ismail. Yang kelahirannya telah lama dinanti hingga di usianya yang telah senja. Dan hidayah sempurna dari Allah swt yang dimiliki Ismail membuatnya memperoleh kematangan daya berpikir, kecerdasan dan kejernihan hatisehingga ia bisa diajak berdialog dan dimintai pendapat, bahkan pendapatnya luar biasa:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (Ash Shaffat [37]:102).

ini menunjukkan ada ketegasan dan kesamaan persepsi atau pemahaman dengan ayahnya. Ismail berpendapat tentang mimpi ayahnya: “Wahai ayah, kerjakan apa yang Allah perintah kepadamu.” Ia tidak mengatakan: “Wahai ayah, kalau memang engkau pahami perintah Allah demikian, kerjakan saja, risiko tanggung sendiri.”
Ismail juga memiliki kematangan jiwa untuk menerima dan melaksanakan perintah yang berat, bahkan ia mengatakan: “insya Allah, engkau dapati aku termasuk orang yang sabar.” Ia tidak mengklaim diri sebagai anak yang paling sabar, apalagi satu-satunya orang yang sabar. Ini menunjukkan akhlaknya yang sangat mulia. Ismail berusaha menjadi orang yang sebaik mungkin, tapi ia tidak mengklaim sebagai yang paling baik apalagi merasa sebagai satu-satunya orang yang baik. ia memahami dan menyadari bahwa generasi terdahulu banyak yang sabar, bahkan jauh lebih sabar dari dirinya. Ini membuatnya menjadi tawadhu (rendah hati), dan tidak sombong atas kebaikan dirinya.

Ketiga yang merupakan teladan dari Nabi Ibrahim as dan Keluarganya adalah bersyukur dengan tiap ketetapan dan berjuang menegakkan nilai-nilai kebenaran.

Siti Hajar mencontohkan kepada kita bagaimana ia yakin dan percaya bahwa Allah menjamin rezeki tiap hamba sesulit apapun kondisinya. Saat ditinggalkannya dia bersama Ismail yang masih menyusui di lembah tak bertuan, tiada tempat berteduh, tak tampak sumber makanan, tak ada mata air kehidupan.
Simaklah laporan Ibrahim kepada Rabbnya,

رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ
“Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati.”

Rizqi kita sudah dijamin dan ditetapkan oleh Allah 'Azza wa Jalla. Maka bekerjanya kita adalah ibadah, ikhtiyarkan ia dengan niat menadah pahala dari Allah semata, bukan diniati untuk sekedar mencari rizqi bagi diri dan keluarga.

اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah) dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’ [34]: 13)
Sebab rizqi ialah ketetapan, sebentuk kesyukuran. Maka menjemputnya menjadi jalan ujian. Halal atau haram; ada pertanyaan ganda yang kemudian menanti jawaban; dari mana rezeki itu dihasilkan dan ke mana ia akan dibelanjakan.
Tapi justru karena rizqi dijaminkan, hendaknya pekerjaan kita 'itqan dan ihsan; diperjuangkan sesuai tuntutan tugas, ditekuni hingga ahli, ditunaikan melampaui harapan.Sesudah itu, jangan risaukan penghasilan.
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ ذَلُولا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS Al Mulk [67]:15)

Lihatlah saat Ismail kecil menangis karena air susu ibunya yang mulai kering, Hajar berusaha mencari sumber air disekelilingnya. Ditapaki bukit shafa hingga puncaknya, tak tampak air disekitarnya. Berjalan ia ke bukit Marwa, namun tak juga didapati air disana. Berkali-kali, bolak-balik hingga 7 kali tak setetespun air itu didapatkannya. Ibunda Hajar hanya yakin dan percaya bahwa Allah bersama hambaNya yang bekerja dan berusaha. Dia bukan sekedar bolak-balik mencari rezekinya, tetapi ia ingin menunjukkan usahanya kepada Rabb yang Maha Memberi Rezeki. Hingga akhirnya zamzam itu muncul, bukan dari tempat dimana dia mencari air. Tetapi justru dari arah yang tak disangka-sangka.
{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq:2-3).

Manakala kita mau meneladani kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya, Insyaallah akan terbentuk kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa yang diridhai Allah SWT.


Demikian khutbah hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama. Marilah kita melanjutkan kecintaan Ibrahim a.s. dalam menyemai adab, menuntut ilmu, bekerja, beramal, dan berdoa.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.⁠⁠⁠⁠

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelukis Affandi dan Keluarganya Tidak Asing dengan Prambanan

Google hari ini Senin (1/5/2017 mengenang salah satu Maestro seni lukis Indonesia,  Affandi  Koesoema.   Google doodle   tampil dengan gaya ekspresionisme khas Affandi, untuk merayakan hari lahirnya ke-110. Ini mengingatkan penulis pada kiprahnya melukis di Prambanan. Paling sering Affandi melukis di Pasar Sapi Prambanan (lama) yang letaknya antara dusun Koplak Kebondalem Kidul dan Kranggan Bokoharjo, Pasarnya sendiri masuk dusun Koplak. Kalau sudah siap dengan peralatannya, ia asyik melukis. Cotot sana- cotot sini (maksudnya di kanvas), lalu jari jemarinya meratakan cat yang ada di kanvas. Jadilah lukisan yang dimaksud. Abstrak, meski obyeknya hal yang nyata. Bisa sapi, bisa pedagang, bisa bakul, dan bisa juga dokar dengan kudanya.   Keahliannya melukis ternyata menurun pada putrinya Kartika Affandi. Gaya lukisannya hampir sama dengan bapaknya, tetapi lebih realistis ketimbang bapaknya. Ia juga mewarisi julukan Maestro. Tahun 2016 lalu Kartika melukis di seputaran Candi

Prambanan Jadi Saksi Sejarah Bertemunya Banser NU dan Kokam Muhammadiyah

Selama ini terkesan seperti perang dingin, antara Gerakan Pemuda Ansor dengan Pemuda Muhammadiyah. Untuk waktu yang relatif lama, tidak pernah terjadi bentrok fisik, perkelahian, dan sejenisnya antara kedua belah pihak walau mengalami perbedaan ideologis, paham, dan ajaran yang laten dan tajam. Dari urusan  ubudiyah  yang bersifat fikih ( ijtihadi ), sampai strategi dakwah dan sikap mengenai persoalan kemasyarakatan, kebangsaan, dan persoalan global. Perbedaan  khilafiyah  sejak ratusan tahun yang lalu utamanya sekitar 1912-1926 bahkan sampai kini kerap mewarnai diskusi-diskusi kecil di masjid, musala, surau, warung-warung kopi, bahkan di lembaga persekolahan dan madrasi. Perbedaan  qunut  Salat Subuh, azan dua kali dalam penyelenggaraan Salat Jumat, bacaan  ushalli  dalam salat,  mitoni  dan  ngapati  dalam kehamilan, perbedaan rakaat Salat Tarawih sampai tahlil,  manaqib  hingga ziarah kubur. Sikap NU yang adaptif terhadap budaya di masyarakat sering dituduh sebagai  ahli tahayul